Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.
”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).
Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.
Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.
Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.
”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.
Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.
sumber : kompas.com
Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.
5 komentar:
malingsia sebenarnya cuma bangsa yg dibesarkan dari pantat british!!!
jadi wajar mereka bangga karena menjadi babu british
Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.
”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).
Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.
Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.
Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.
”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.
Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.
sumber : kompas.com
Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.
haha.. anak bangsa memang emosi.. bahasa begini ke yang diklaim sebagai bahasa indonesia.. katanya islam, tapi hanya pada nama.. katanya islam, tapi hanya pada nama.. katanya islam, tapi hanya pada nama.. muhasabah diri dengan akhlak dan bahasa kalian..
Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.
”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).
Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.
Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.
Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.
”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.
Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.
sumber : kompas.com
Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.
negara mundur... berdozen ka pelajar di malaysia??? atau berdozen pekerja haram indon di malaysia???
pendatang haram indon kat malaysia pon x mahu pulang ke nagara asal.. haha.. inilah dia apabila berfikir melebihi akal fikiran paras normal
Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.
”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).
Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.
Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.
Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.
”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.
Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.
sumber : kompas.com
Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.
Jika begitu tindakan Indon...silakan. Hantar pulang 2 juta pekerja indon...hentikan atau putuskan hubungan dengan anjingsial yang cuma tahu mengigit bila tidak diberi makan.
Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.
”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).
Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.
Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.
Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.
”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.
Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.
sumber : kompas.com
Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.
haha..
pndidikan tinggi malaysia tidak lebih baik daripada British?
Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM) ranked number 2 sbgai peperiksaan dan pendidikan tersukar dalam dunia.
di bawah GCE A-Level..
negara-negara eropah lain mganggap STPM setaraf dgn A-Level.
Bagaimana dengan kamu punya fakulti perubatan di padjajaran?
haha..lowest ranked in the WORLD!!in line with india..see how stupid indon was
Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.
”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).
Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.
Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.
Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.
”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.
Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.
sumber : kompas.com
Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.
seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.
Posting Komentar
kasih pendapat anda,