SELAMAT DATANG DI BLOG MALAYCELAKA, CELAKALAH ORANG - ORANG MALAYSIA YANG TELAH MENYIKSA TKI INDONESIA, DAN SEGALA AKSI TINDAKAN BODOH NYA TERHADAP BANGSA INDONESIA.PENULIS TIDAK SEDANG BERPERANG, TAPI PENULIS SEDANG MENYENTIL LEWAT TULISAN.

MALINGSIA ibarat VIRUS, dia telah menggerogoti wilayah kita indonesia. blog dan web yang menghina kesatuan indonesia kini bertebaran di dunia maya. itu bukan penghormatan, melainkan penghinaan besar terhadap negara kita indonesia. apa kesan anda setelah membaca dan melihat semua itu? pasti sakit, kecewa, dan terasa terinjak - injak harga diri kita. apa lagi saudara kita yang pernah tersiksa di sana, sudah pasti menimbulkan luka yang sangat dalam. apakah kita cuma tinggal diam melihat semua itu? sudah barang tentu tidak!!!untuk itu sudah saatnya kita bangkit, sudah saatnya kita sadar, sudah saatnya kita peduli terhadap bangsa kita sendiri yaitu indonesia. kalo bukan kita, siapa lagi? mari kita perangi bersama untuk malingsia yang suka menghina dan menyakiti saudara kita. !

Sori Pak Cik... Kiriman Dosen ke Negerimu Kami Stop!


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, hentikan pengiriman dosen untuk belajar di Malaysia. Keputusan ini diambil karena kualitas pendidikan tinggi di Malaysia dinilai tidak lebih baik dari perguruan tinggi di Indonesia.

Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.

”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).

Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.

Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.

Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.

”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.

Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.

sumber : kompas.com

Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.


5 komentar:

ANAK BANGSA mengatakan...

malingsia sebenarnya cuma bangsa yg dibesarkan dari pantat british!!!
jadi wajar mereka bangga karena menjadi babu british


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, hentikan pengiriman dosen untuk belajar di Malaysia. Keputusan ini diambil karena kualitas pendidikan tinggi di Malaysia dinilai tidak lebih baik dari perguruan tinggi di Indonesia.

Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.

”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).

Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.

Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.

Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.

”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.

Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.

sumber : kompas.com

Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.


laksamana sunan mengatakan...

haha.. anak bangsa memang emosi.. bahasa begini ke yang diklaim sebagai bahasa indonesia.. katanya islam, tapi hanya pada nama.. katanya islam, tapi hanya pada nama.. katanya islam, tapi hanya pada nama.. muhasabah diri dengan akhlak dan bahasa kalian..


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, hentikan pengiriman dosen untuk belajar di Malaysia. Keputusan ini diambil karena kualitas pendidikan tinggi di Malaysia dinilai tidak lebih baik dari perguruan tinggi di Indonesia.

Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.

”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).

Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.

Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.

Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.

”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.

Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.

sumber : kompas.com

Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.


Anonim mengatakan...

negara mundur... berdozen ka pelajar di malaysia??? atau berdozen pekerja haram indon di malaysia???

pendatang haram indon kat malaysia pon x mahu pulang ke nagara asal.. haha.. inilah dia apabila berfikir melebihi akal fikiran paras normal


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, hentikan pengiriman dosen untuk belajar di Malaysia. Keputusan ini diambil karena kualitas pendidikan tinggi di Malaysia dinilai tidak lebih baik dari perguruan tinggi di Indonesia.

Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.

”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).

Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.

Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.

Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.

”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.

Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.

sumber : kompas.com

Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.


Anonim mengatakan...

Jika begitu tindakan Indon...silakan. Hantar pulang 2 juta pekerja indon...hentikan atau putuskan hubungan dengan anjingsial yang cuma tahu mengigit bila tidak diberi makan.


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, hentikan pengiriman dosen untuk belajar di Malaysia. Keputusan ini diambil karena kualitas pendidikan tinggi di Malaysia dinilai tidak lebih baik dari perguruan tinggi di Indonesia.

Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.

”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).

Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.

Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.

Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.

”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.

Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.

sumber : kompas.com

Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.


Anonim mengatakan...

haha..
pndidikan tinggi malaysia tidak lebih baik daripada British?
Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM) ranked number 2 sbgai peperiksaan dan pendidikan tersukar dalam dunia.
di bawah GCE A-Level..
negara-negara eropah lain mganggap STPM setaraf dgn A-Level.
Bagaimana dengan kamu punya fakulti perubatan di padjajaran?
haha..lowest ranked in the WORLD!!in line with india..see how stupid indon was


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, hentikan pengiriman dosen untuk belajar di Malaysia. Keputusan ini diambil karena kualitas pendidikan tinggi di Malaysia dinilai tidak lebih baik dari perguruan tinggi di Indonesia.

Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Kasiyarno menyatakan, pengambilan keputusan ini tidak ada kaitannya dengan sentimen negatif Indonesia-Malaysia yang timbul akhir-akhir ini.

”Keputusan kami ambil semata-mata berdasarkan evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang menyebutkan, kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih lebih baik daripada Malaysia,” tuturnya di Yogyakarta, Rabu (2/8).

Menurut Kasiyarno, keputusan ini berlaku mulai tahun ajaran 2009/2010 ini. UAD tidak lagi memberi ataupun menerima tawaran beasiswa dosen dari perguruan tinggi di Malaysia. Pendidikan dosen UAD selanjutnya akan dialihkan ke perguruan tinggi di Jepang, Australia, ataupun Eropa, serta sejumlah perguruan tinggi papan atas di Indonesia, di antaranya Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, atau Universitas Diponegoro.

Selain itu, UAD juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi dari negara lain, salah satunya dari China. Tahun ini Fakultas Bahasa dan Sastra UAD menerima 42 mahasiswa asal China dalam Program Sandwich yang rencananya berlangsung hingga lima tahun.

Pembajakan ide
Sejauh ini, Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta belum menerima rekomendasi untuk menghentikan pengiriman dosen berkuliah di Malaysia.

”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

Laporan tersebut di antaranya menyebutkan bahwa penyelenggaraan kelas jauh dan sejumlah dosen penerima beasiswa dimanfaatkan untuk mengajar di jenjang S-1 ataupun sebagai peneliti. Selain itu, ada pula kekhawatiran terjadinya pembajakan ide mahasiswa Indonesia.

Menurut Budi, kekhawatiran ini timbul dari banyaknya jurnal ilmiah internasional karya warga negara Indonesia, tetapi atas nama universitas Malaysia. ”Ini bisa merugikan. Ide penelitian mungkin dari pembelajarannya di Indonesia, tetapi yang mendapat nama internasional (adalah) universitas di Malaysia itu,” ujarnya.

sumber : kompas.com

Catatan : ”Namun, memang ada sejumlah laporan tentang kurangnya kualitas perguruan tinggi di Malaysia,” ujar Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta, Budi Santosa Wignyosukarto.

seperti yang pernah saya tulis bahwa orang indonesia akan pindah haluan dan ke negara lain, dan malaysia akan di tinggal kan satu persatu. sudah saatnya kita tinggalkan negara tukang klaim itu.


Posting Komentar

kasih pendapat anda,

Anwar Ibrahim

Anwar Ibrahim
saat ini generasi muda Malaysia hanya mengenal Indonesia dari TKI dan lagu “rasa sayange” yang diributkan. Mereka kurang mengenal tokoh pemikir Indonesia seperti Mohammad Natsir dan Buya Hamka. dengan kata lain pemuda malaysia tidak tau apa - apa tentang indonesia mereka buta sejarah indonesia.

Pengunjung Online

Statistik Pengunjung

website hit counter

Tukar Link

dari Bung Admin

jangan hanya ada kejadian TKI kita ingin di penggal lehernya,dihukum pancung,disiksa,dan diperkosa kita baru menyadarinya, tapi pemerintah kita harus melek dan berbuat sebelum semua itu terjadi. negara indonesia harus serius dalam menangani masalah TKI indonesia. karena ini menyangkut masalah nyawa, tenaga dan harga diri indonesia dimata dunia khususnya dinegara malaysia dan arab saudi yang sudah menjadi langganan masalah dalam hal TKI.

efek dari sulitnya lapangan kerja di indonesia, dan minimnya peluang kerja bagi rakyat miskin membuat rasa tidak percaya rakyat indonesia terhadap pemerintahnya, hal inilah yang mendorong, memicu bagi segelintir warga indonesia untuk hijrah mencari rejeki dinegara lain.

apakah hal ini salah? atau siapa yang harus disalahkan, pemerintah atau rakyatnya?

Alasan Benci Malaysia

Kenapa Orang Indonesia benci malaysia?
mau tau alasanya?

masukan kata sesuka anda.

Dari Bung Admin

akibat kebodohan generasi muda malaysia, sehingga
pemuda - pemuda malaysia tidak mampu menyebut
kata indonesia.

Perlu saya luruskan bahwa, menyebut kata indonesia
bukan indon, tapi INDONESIA.
untuk itu pemuda - pemuda malaysia
harus banyak belajar lagi. dan jangan mau di bilang
pemuda bodoh dan tak berpendidikan.

Pengikut